Fenomena batu Akik nampaknya masih menjadi Tranding Topic, hampir setiap hari selalu ada saja orang yang membicarakannya. Demikian juga dengan omzet pengrajin batu akik, emban/cincin hingga wadah atau tempat untuk meletakan batu akik semakin hari semakin meningkat. Melihat hal ini menimbulkan efek domino pada masyarakat yang saling berkaitan. Seperti hal nya di kota Pacitan, dalam kurun waktu Januari hingga Mei ini, sudah banyak sorum atau gallery baru yang buka untuk memanjakan para penggemar batu akik. Bukan hanya dari dalam kota Pacitan saja akan tetapi pelanggan yang datang juga banyak dari luar kota. Khususnya pada akhir pekan.
Demam batu akik umum terjadi di berbagai belahan negeri di tanah air.
Tidak hanya di ibukota propinsi, tetapi juga merambah sampai ke kota
kecil dan ibukota kabupaten. Entah siapa yang memulai trend batu akik
sehingga menjadi fenomena begini, padahal pedagang batu akik sudah ada
sejak saya kecil puluhan tahun lalu. Pemandangan pedagang kaki lima yang
berjualan cincin batu akik merupakan hal yang biasa kita temui di
selasar pertokoan. Pembelinya tidak banyak, umumnya penggemar cincin
yang kebanyakan para pria berusia di atas 30-an. Macam-macam tujuan
orang membeli cincin berbatu akik, ada yang bertujuan untuk kelihatan
gagah dan lebih percaya diri, tetapi ada pula yang membelinya untuk
jimat atau kesaktian.
Tentu saja demam batu akik membawa berkah bagi pedagang batu akik yang
selama ini tampak luput dari perhatian orang. Tidak hanya pedagang,
bisnis penyertanya juga ikut menjamur, yaitu layanan asah batu akik di
pinggir jalan. Pembeli cukup membawa batu akik yang masih mentah, nanti
oleh tukang asah batu akik tadi digerinda dengan mesin dan dipoles
sampai halus sehingga menkilap dan berkilau.
Tetapi, di sisi lain demam batu akik menimbulkan dampak yang tidak dapat
dianggap remeh. Permintaan batu akik menggerakkan banyak orang untuk
berburu batu akik hingga ke daerah pedalaman.