Kamis, 30 April 2015

Fenomena Batu Akik

Fenomena batu Akik nampaknya masih menjadi Tranding Topic, hampir setiap hari selalu ada saja orang yang membicarakannya. Demikian juga dengan omzet pengrajin batu akik, emban/cincin hingga wadah atau tempat untuk meletakan batu akik semakin hari semakin meningkat. Melihat hal ini menimbulkan efek domino pada masyarakat yang saling berkaitan. Seperti hal nya di kota Pacitan, dalam kurun waktu Januari hingga Mei ini, sudah banyak sorum atau gallery baru yang buka untuk memanjakan para penggemar batu akik. Bukan hanya dari dalam kota Pacitan saja akan tetapi pelanggan yang datang juga banyak dari luar kota. Khususnya pada akhir pekan.
Demam batu akik umum terjadi di berbagai belahan negeri di tanah air. Tidak hanya di ibukota propinsi, tetapi juga merambah sampai ke kota kecil dan ibukota kabupaten. Entah siapa yang memulai trend batu akik sehingga menjadi fenomena begini, padahal pedagang batu akik sudah ada sejak saya kecil puluhan tahun lalu. Pemandangan pedagang kaki lima yang berjualan cincin batu akik merupakan hal yang biasa kita temui di selasar pertokoan. Pembelinya tidak banyak, umumnya penggemar cincin yang kebanyakan para pria berusia di atas 30-an. Macam-macam tujuan orang membeli cincin berbatu akik, ada yang bertujuan untuk kelihatan gagah dan lebih percaya diri, tetapi ada pula yang membelinya untuk jimat atau kesaktian.
Tentu saja demam batu akik membawa berkah bagi pedagang batu akik yang selama ini tampak luput dari perhatian orang. Tidak hanya pedagang, bisnis penyertanya juga ikut menjamur, yaitu layanan asah batu akik di pinggir jalan. Pembeli cukup membawa batu akik yang masih mentah, nanti oleh tukang asah batu akik tadi digerinda dengan mesin dan dipoles sampai halus sehingga menkilap dan berkilau.  
Tetapi, di sisi lain demam batu akik menimbulkan dampak yang tidak dapat dianggap remeh. Permintaan batu akik menggerakkan banyak orang untuk berburu batu akik hingga ke daerah pedalaman.